komunikasi antar pribadi dalam mata kuliah dasar - dasar komunikasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi
antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia yang dianggap
paling efektif dibandingkan dengan bentuk komunikasi antar manusia lainnya.
Keistimewaan komunikasi antar pribadi melalui tatap muka terletak pada efek
umpan balik, aksi dan reaksi langsung dapat terlihat antara komunikator dan
komunikan baik secara verbal maupun non verbal. Jarak fisik partisipan yang
dekat dan dilakukan dengan saling pengertian dapat mengembangkan komunikasi
tersebut termasuk dalam kerangka hubungan guru dan siswa. Selain itu
komunikasi antar pribadi juga mempunyai kompunen-kompunen utama yang sangat
berperan dalam komunikasi antar pribadi.
B. Rumusan Masalah
a.
Apakah yang dimaksud dengan komunikasi
Antar pribadi?
b.
Apa saja komponen-komponen dalam
komunikasi antar pribadi?
c.
Apa saja ciri-ciri yang terdapat dalam
komunikasi antar pribadi?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengertian komunikasi
antar pribadi
b.
Untuk mengetahui komponen-komponen
komunikasi antar pribadi
c.
Untuk mengetahui ciri-ciri komunikasi
antar pribadi
BAB II
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
A.
Pengertian
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi
antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn,
1999). Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik
yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.
Komunikasi adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang kepada orang lain yang dijadikan objek untuk menyampaikan
sesuatu dengan berbagai cara agar pesan dapat dimengerti atau dipahami.
Komunikasi dikatakan berhasil jika pihak yang menyampaikan pesan kepada pihak
lain diterima dan dimengerti maksudnya. Komunikasi bukanlah semata-mata
bagaimana terjadinya suatu informasi atau percakapan antara satu pihak (orang)
kepada orang lain, tetapi diperlukan juga suatu sistem rangkaian mulai dari
yang menyampaikan pesan (informasi).
Komunikasi
antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia yang dianggap
paling efektif dibandingkan dengan bentuk komunikasi antar manusia lainnya.
Keistimewaan komunikasi antar pribadi melalui tatap muka terletak pada efek
umpan balik, aksi dan reaksi langsung dapat terlihat antara komunikator dan
komunikan baik secara verbal maupun non verbal. Jarak fisik partisipan yang
dekat dan dilakukan dengan saling pengertian dapat mengembangkan komunikasi
tersebut termasuk dalam kerangka hubungan guru dan siswa.
Definisi
yang dijadikan acuan dalam tulisan ini adalah: “komunikasi antarpersonal
menurut Devito (1976) dalam Liliweri (1991:12) merupakan pengiriman pesan-pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek
atau umpan balik yang langsung”.
Hubungannya
dengan guru dan siswa, Nasution dalam Sofyataningrum (2000) mengatakan bahwa
“umpan balik digunakan untuk membantu siswa-siswa dalam mengatasi kesulitan,
baik klasikal maupun secara individual, sesuai dengan kebutuhan masing-masing
peserta didik”.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam
Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
a)
Peserta komunikasi berada dalam jarak
yang dekat;
b)
Peserta komunikasi mengirim dan
menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun
nonverbal.
Komunikasi
antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai
alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan
kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi
lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggihpun.
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa
komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri;
atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
a)
Persepsi interpersonal
Persepsi adalah
memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi.
Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.
Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan
akan mengakibat kegagalan komunikasi.
b)
Konsep diri
Konsep diri
adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif,
ditandai dengan lima hal, yaitu:
a)
Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b)
Merasa stara dengan orang lain;
c)
Menerima pujian tanpa rasa malu;
d)
Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat;
e)
Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu:
1. Nubuat yang
dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai
dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai
orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat
catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga
memperoleh nilai akademis yang baik.
2. Membuka
diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat
yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang
diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila
konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3. Percaya
diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication
apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya
rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang
sehat menjadi perlu.
4.
Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep
diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan
selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang
kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam
penyandian pesan (penyandian selektif).
c)
Atraksi interpersonal
Atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
1.
Penafsiran pesan dan penilaian.
Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan
pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita
menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negatif.
2.
Efektivitas komunikasi. Komunikasi
antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan
tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
d)
Hubungan interpersonal
Hubungan
interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang
lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan
orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain
dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di
antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal
menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan
pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat
komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”Lebih
jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam
komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik,
yaitu: a. Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap
terbuka.
B. Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi
Secara umum penerapan komunikasi antar pribadi siswa dan guru yang efektif terlihat dari komunikasi antar pribadi guru dan siswa dalam menentukan percakapan dan memiliki umpan balik yang langsung. Komunikasi ini dapat juga berlangsung melalui medium seperti telepon dan IT.
Perhatian yang diberikan oleh guru
dapat berbentuk pendampingan kegiatan belajar serta memberi perhatian dalam
berbagai masalah yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hal ini akan
memberi kesan bagi siswa bahwa mereka mendapat rasa empati yang cukup.
Keterbukaan
dalam penyampaian pesan secara timbal balik antara guru dan siswa dengan bebas
(terbuka). Sikap dan perilaku yang baik dari guru kepada siswanya yang dapat
mendorong siswa tersebut berperan secara aktif dan mau membuka diri atas
masalah yang mereka hadapi. Hal ini menjadi faktor pendorong terjalinnya saling
pengertian antara guru dan siswa menyangkut pentingnya pesan guru dalam
memberikan nasehat dan pengarahan kepada siswa dan sebaliknya siswa secara
timbal balik mampu menanggapi hal tersebut dengan baik tanpa merasa terpaksa.
Bentuk
dukungan yang diberikan berupa pemberian semangat melalui pesan-pesan yang
disampaikan dengan cara memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dalam
meningkatkan prestasinya, disertai pula empati dimana guru ikut merasakan
masalah yang dihadapinya siswanya, mengerti keinginannya dan begitupun
sebaliknya siswa
Penerapan
komunikasi yang intensif dapat memacu perkembangan kecerdasan dan prestasi anak
didik. Dalam hal ini, indikator peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan
dalam bentuk kuantitatif pada nilai rapor sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran.
C.
Pendekatan
Komunikasi Antar Pribadi
Tiga
pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:
Bittner (1985:10) menerangkan Komunikkasi Antar Pribadi berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).
Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri: 1991),
ciri-ciri mengenali Komunikasi Antar Pribadi sebagai berikut:
- Bersifat spontan.
- Tidak berstruktur.
- Kebetulan.
- Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
- Identitas keanggotaan tidak jelas.
- Terjadi sambil lalu.
Hubungan Diadik
Hubungan diadik mengartikan Komunikasi Antar Pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan
mantap dan jelas.Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan
paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama Trenholm dan Jensen (1995:26)
mendefinisikan Komuniksi Antar Pribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah:
- Spontan dan informal.
- Saling menerima feedback secara maksimal.
- Partisipan berperan fleksibel.
Trenholm
dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukkan jaringan komunikasi.
Pengembangan komunikasi antar priadi
Komunikasi Antar Pribadi dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat Komunikasi Antar Pribadi berpengaruh terhadap keluasan dan
kedalaman informasi sehingga merubah sikap.
Pendapat
Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan developmental tentang
semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter
antar pribadi yang terbawa dalam komunikasi tersebut.
Edna
Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses Komunikasi Antar Pribadi mengasumsikan bahwa Komunikasi Antar Pribadi membentuk struktur sosial yang diciptakan
melalui proses komunikasi.
Ciri-ciri
KAP menurut Rogers adalah:
- Arus pesan dua arah.
- Konteks komunikasi dua arah.
- Tingkat umpan balik tinggi.
- Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.
- Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
- Efek yang terjadi perubahan sikap.
Efektifitas KAP
KAP
merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.Menurut Kumar (2000:
121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut:
- Keterbukaan (openess).
- Empati (empathy).
- Dukungan (supportiveness).
- Rasa positif (positiveness).
- Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif,
negatif dan netral. Prinsip mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David
Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
- Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
- Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
- Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
- Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
- Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri.
- Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.
- Kelayakan (decentering).
- Pengambilan peran (role taking).
1.
Kelayakan
(decentering)
Bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain
dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut.
2.
Pengambilan
peran (role taking)
Mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh
kesadaran diri melalui orang lain.
Tingkatan dalam pengambilan peran:
- Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.
- Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya.
- Tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.
D.Peranan Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Dengan Anak
a. Materi Komunikasi Antar Pribadi
Orang tua Dengan Anak
Murid yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
terutama tentang cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajarnya. Orang tua atau keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Orang tua yang kurang berkomunikasi tentang pendidikan anak-anaknya akan
dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Menurut Slameto (2003:61)
megemukakan bahwa hal-hal atau materi komunikasi antar pribadi orang tua dengan
anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya, antar lain :
- Orang tua melakukan komunikasi mengenai waktu belajar anak-anaknya.
- Orang tua memperhatikan dan mengkomunikasikan dengan anak tentang kepentingan- kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya dalam belajar.
- Orang tua berkomunikasi kepada anak tentang waktu belajar anak.
- Orang tua senantiasa melakukan komunikasi dengan anak tentang kemajuan belajarnya.
- Orang tua melakukan komunikasi dengan anak mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa anak didik
sangat besar peranannya dalam melakukan komunikasi antar pribadi dengan anak
dalam meningkatkan prestasi belajar terutama anak di SD. Materi komunikasiyang
dimaksudkan di atas sangat menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi murid
di SD. Mungkin anak sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak
teratur akibat kurang komunikasi denganorang tua, sehingga mengalami
ketinggalan dalam belajarnya. Hasil yang didapatkan atau nilai hasil belajarnya
tidak memuaskan atau bahkan gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada
anak dari keluargayang orang tuanya terlalu mengurus pekerjaan mereka sehingga
kurang komunikasi dengan anak-anaknya.
b. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi
Orang Tua Dengan Anak
1.Konsep Efektivitas Dalam Komunikasi
Efektivitas berasal dari kata “efektif yang berarti ada
efeknya, akibatnya, kesan serta pengaruhnya terhadap sesuatu benda atau
perkara”. (Depdikbud, 2001:115) Efektivitas merupakan suatu organisasi.
Efektivitas adalah pencapaian tujuan melalui pemanfaatan sumber dayayang
dimiliki secara efisien, baik dilihat dari segi input maupun output.
Efektivitas berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan secara
efisien sudah tentu efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan atau akibat
yang dikehandaki dengan perbuatan itu telah tercapai. Sebaliknya suatu
pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dapat saja tercapai
tetapi mungkin menggunakan sumber daya yang berlebihan yang tidak sesuai dengan
rencana sebelumnya, apakah itu tenaga, pikiran, waktu dan sebagainya. Little John (1962 : 85) mengemukakan
bahwa “dalam konsep efektivitas komunikasi, yang menjadi tujuan utama dan
pertama komunikasi manusia adalah untuk dimengerti”. Jadi komunikasi efisien
bila Source dan Receiver terhadap message ada kesamaan.
Rahmat (1998 : 79) mengatakan bahwa “komunikasi dikatakan
efektif bila pertemuan Source (sumber) merupakan hal yang menyenangkan Receiver
(penerima)”.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, efektivitas komunikasi yang ditekankan adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu “komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif, dan konatif pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi” (Effendi, 1989 : 101).
Sesuatu pesan yang dikirimkan tidak saja diinginkan untuk dimengerti tapi juga untuk direspon, diberi reaksi yang diinginkan agar maksudnya tercapai untuk menerima respon yang diinginkan. Jika itu terjadi pesan yang dikirim tidak hanya efisien tetapi juga efektif. Jadi “respon atau reaksi yang diinginkan dari suatu komunikasi merupakan test dari efektivitas daripada komunikasi”
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, efektivitas komunikasi yang ditekankan adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu “komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif, dan konatif pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi” (Effendi, 1989 : 101).
Sesuatu pesan yang dikirimkan tidak saja diinginkan untuk dimengerti tapi juga untuk direspon, diberi reaksi yang diinginkan agar maksudnya tercapai untuk menerima respon yang diinginkan. Jika itu terjadi pesan yang dikirim tidak hanya efisien tetapi juga efektif. Jadi “respon atau reaksi yang diinginkan dari suatu komunikasi merupakan test dari efektivitas daripada komunikasi”
2.Kriteria dan Prinsip Komunikasi Pembelajaran yang Efektif
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran banyak ditentukan
oleh keaktifan pebelajar dan pembelajar dalam bentuk timbal balik berupa
pertanyaan, jawaban pertanyaan atau berupa perbuatan baik secara fisik maupun
secara mental. Adanya umpan balik ini memungkinkan pembelajar mengadakan
perbaikan-perbaikan cara komunikasiyang pernah diakukan. Keefektifan komunikasi
menunjuk kepada kemampuan orang untuk menciptakan suatu pesan dengan tepat,
yaitu pengirim pesan dapat mengetahui penerima dapat menginterprestasikan sama
dengan apayang dimaksudkan oleh si pengirim diinterprestasikan sama oleh si
penerima, berati komunikasi tersebut efektif.
Komunikasi yang efektif hendaknya memadukan ketiga kriteria
tersebut. Selain itu keefektifan pembelajaran sangat ditentukan oleh adanya
perhatian dan minat pebelajar. Ini sesuai dengan , model “AIDA singkatan dari
Attention (perhatian ), Interest (minat), Desire (hasarat),dan Action
(kegiatan)” (Sendjaja, 1993:105). Maksudnya agar terjadi kegiatan pada diri
pebelajar sebagai komunikan, maka terlebih dahulu harus dibangkitkan perhatian
dan minatnya kemudian dilanjutkan dengan penyajian bahan. Dengan demikian
timbul hasratnya untuk melaksanakan kegiatan, sehingga walaupun persepsinya
tidak terlalu lama sama dalam menerima pesan tetapi perbedaannya tidak terlalu
banyak. Karena secara psikologis setiaporang akan menanggapi dan memberi makna
yang berbeda-beda sesuai dengan karakternya masing-masing.
Komunikasi mengandung kualitas yang mengarahkan persepsi
positif. Komunikasi melaksanakan tujuan-tujuan organisasi dan tujuan-tujuan
pribadi yang dianggap efektif, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka
panjang.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar sangat efektif dilakukan. Efektivitas komunikasi yang dimaksud adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, efektif, dan psikomotor pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi. Hal ini terjadi selama dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar sangat efektif dilakukan. Efektivitas komunikasi yang dimaksud adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, efektif, dan psikomotor pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi. Hal ini terjadi selama dalam proses pembelajaran.
C. Prestasi
Belajar
1.Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berarti “hasil yang telah dicapai dari yang
telah dilakukan atau dikerjakan” (Depdikbud,2001:895). Prestasi yang
dimaksudkan di sini adalah suatu hasil yang dicapai mengenai pendidikan atau
pelajaran.
Sesuai dengan hal tersebut, Sardiman (1996 : 22) mengemukakan: “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu setelah dia menempuh kegiatan belajar mengajar dan diakhiri dengan evaluasi dari pihak guru.
Sesuai dengan hal tersebut, Sardiman (1996 : 22) mengemukakan: “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu setelah dia menempuh kegiatan belajar mengajar dan diakhiri dengan evaluasi dari pihak guru.
2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mengajar
yakni pada dasarnya terdiri dari dua bagian yakni faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor Intern
Faktor intern yang dimaksudkan di sini adalah faktor intern
yang terjadi disekolah, yang di dalamnya termasuk guru dan siswa. Adapun faktor
yang terpenting dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa adalah, ada
tiga, yakni:
Faktor
Jasmaniah
Untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar
terbentuk manusia yang utuh di setiap aspek, baik akal, jasmani, rohani dan
kesehatan dengan kehidupan kemasyarakatan, diperlukan syarat mutlak yakni
kesehatan badan, tanpa ditunjang kesehatana badan, maka yang terlaksana di
sekolah tidak bisa dikatakan proses belajar yang potensial. Hal ini sejalan
dengan pendapat Slameto (1994 : 5) yaitu : “agar seseorang dapat belajar dengan
baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam bekerja, tidur, makan, olah raga dan
rekreasi”.
Oleh karena itu kesehatan jasmani mutlak diperlukan, karena pada jasmani yang sehat terdapat akal fikiran yang sehat pula.
Oleh karena itu kesehatan jasmani mutlak diperlukan, karena pada jasmani yang sehat terdapat akal fikiran yang sehat pula.
Faktor
Psikologis
Adapun penulis maksudkan di sini adalah mengetahui tingkah
laku yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dimana dalam hal ini termasuk
pembawaan sebagai faktor dasar yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
merupakan perilaku inti dalam proses pendidikan dimana antara anak didik dan
pendidik berintegrasi.
Faktor
pembawaan yang mempengaruhi proses belajar meliputi :
·
Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang teridir dari tiga jenis,
yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
·
Perhatian
Perhatian menurut AL-Gzali adalah “keaktifan jiwa yang
tertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada obyek (benda/hal) atau
sekumpulan obyek”. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka
lagi belajar. “Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan
pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu
sesuai dengan bakatnya”. (Slameto : 1995 : 56).
·
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus menerus yang disertai senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
·
Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah berlatih.
Faktor
Kelelahan
Faktor kelelahan adalah salah satu dari faktor intern yang
dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, sebab kelelahan pada seseorang
walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan atas dua macam yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. (Slameto, 1998 : 57).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena
kekacauan subtansi sisa pembakaran dalam tubuh, sehingga darah tidak/ kurang
lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuhan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga
sulit berkonsentrasi seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja Dari uraian diatas dapat dipahami
bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
harus dihindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam bekerja, sehingga perlu
diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Faktor Ekstern
Faktor
eksteren mempunyai peranan yang penting pula dalam proses belajar mengajar,
dimana penulis mengelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga,
sekolah dan masyarakat.
·
Faktor
keluarga
Keluarga
adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup berperan dalam perkembangan
jiwa anak, karena dalam keluarga anak pertama kali menerima pendidikan. Murid
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga.
·
Faktor
sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah suatu organisasi
dan wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan
memanfaatkan semua sumber daya secara efisien dan efektif. Sebab dalam hidup
dan kehidupan manusia, tidak hanya hidup dalam keluarga saja, melainkan juga
pada umur tertentu harus terlepas dari rumah untuk mendapatkan
pengalaman-pengalaman yang lebih luas di luar rumah, baik di sekolah maupun
pada masyarakat umumnya.
Menurut Hamalik (2001:117) bahwa : “faktor sekolah
mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah”.
·
Faktor
masyarakat
Masyarakat merupakan eksteren yang juga berpengaruh terhadap
siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang mencakup
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk itu dalam pencapaian hasil yang
maksimal, maka diperlukan kerjasama yang baik dari subyek pendidikan tersebut,
agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung secara positif.
E. Ciri-ciri
Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis, dalam arti arus
balik antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung, sehingga pada saat
itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan,
dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif dan
berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil, maka komunikator dapat memberi
kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Sebagaimana yang
telah dikemukakan dalam penegasan istilah, penelitian ini lebih ditekankan pada
dimensi psikologis perilaku komunikasi antarpribadi siswa. Sehingga secara
psikologis perilaku komunikasi antarpribadi siswa meliputi keterbukaan, empati,
dukungan, rasa positif dan kesetaraan.
Berikut ini merupakan ciri-ciri efektifitas komunikasi
antarpribadi menurut Kumar (Wiryanto, 2005: 36) dan De vito (Sugiyo, 2005: 4)
bahwa ciri-ciri komunikasi antarpribadi tersebut yaitu:
- Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
- Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
- Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
- Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
- Kesetaraan
atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Senada dengan yang dikemukakan oleh De vito (Sugiyo, 2005: 4) bahwa ciri-ciri komunikasi antarpribadi tersebut demikian. Dari kelima ciri-ciri efektifitas kamunikasi antar pribadi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keterbukaan (Openess) Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. Johnson Supratiknya, (1995: 14) mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita terhadap kejadiankejadian yang baru saja kita saksikan.Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri.
Brooks dan Emmert (Rahmat, 2005: 136) mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut:
- Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.
- Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.
- Mencari informasi dari berbagai sumber
- Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
a.
Empati
(Empathy)
Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila
komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima
pesan). Menurut Sugiyo (2005: 5) empati dapat diartikan sebagai menghayati
perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Sementara Surya (Sugiyo, 2005: 5) mendefinisikan bahwa empati adalah sebagai
suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak
maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan.
Individu dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan keinginan
orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat berempati. Apabila
empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi, maka suasana
hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian
dan penerimaan.
Menurut Winkel (1991: 175) bahwa empathy yaitu, konselor mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada saat ini menjadi siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri. Sedangkan Jumarin (2002: 97) menyatakan bahwa empati tidak saja berkaitan dengan aspek kognitif, tetapi juga mengandung aspek afektif, dan ditunjukkan dalam gerakan, cara berkomunikasi (mengandung dimensi kognitif, afektif, perseptual, somatic/kinesthetic, apperceptual dan communicative).
Menurut Winkel (1991: 175) bahwa empathy yaitu, konselor mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada saat ini menjadi siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri. Sedangkan Jumarin (2002: 97) menyatakan bahwa empati tidak saja berkaitan dengan aspek kognitif, tetapi juga mengandung aspek afektif, dan ditunjukkan dalam gerakan, cara berkomunikasi (mengandung dimensi kognitif, afektif, perseptual, somatic/kinesthetic, apperceptual dan communicative).
b. Dukungan (Supportiveness)
Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi
dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam
komunikasi. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005: 6) dalam komunikasi
antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih-lebih
dari komunikator. Rahmat (2005 :133) mengemukakan bahwa “sikap supportif adalah
sikap yang mengurangi sikap defensif . Orang yang defensif cenderung lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya ddalam situasi komunikan dari
pada memahami pesan orang lain.
Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi. Sehingga dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi antarpribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang mendukung. Jack R.Gibb (Rahmat, 2005: 134) menyebutkan beberapa perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu:
a.
Deskripsi,
yaitu menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain
tanpa menilai; tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan, bukan
pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri
mereka.
b.
Orientasi masalah,
yaitu mengajak untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah,
tidak mendikte orang lian, tetapi secara bersamasama menetapkan tujuan dan
memutuskan bagaimana mencapainya.
c.
Spontanitas,
yaitu
sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
d.
Provisionalisme,
yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri
sendiri, mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan sehingga wajar kalau
pendapat dan keyakinan diri sendiri dapat berubah.Rasa positif (positivenes) Rasa positif merupakan kecenderungan
seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai
bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi
persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah
diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan
menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.
Sugiyo (2005: 6) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hedaknya antara komunikator
dengan komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak dapat terjadi. Rahmat (2005: 105) menyatakan bahwa sukses komunikasi antarpribadi banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang positif pula.
Sugiyo (2005: 6) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hedaknya antara komunikator
dengan komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak dapat terjadi. Rahmat (2005: 105) menyatakan bahwa sukses komunikasi antarpribadi banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang positif pula.
c.Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain,
sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam
kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya.
Rahmat (2005: 135) mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap
memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan
diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status,
kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan
tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada
tingkat yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada
perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan
dengan baik dan lancar.
BAB 3
PENUTUP
A. Saran
Sebaiknya dalam
komunikasi harus ada juga komunikasi antar pribadi yang mampu membimbing atau
membuat orang selalu terbuka atau berinteraksi terutama komunikasi antar orang
tua sehingga orang tua mampu berinteraksi dengan baik, dan sebaiknya cara ini
perlu diterap lebih jauh untuk membuat orang berinteraksi dengan baik dalam
siapa saja baik keluarga, maupun lingkungan sekitar sehingga seseorang dapat
bersosialisasi dengan berinteraksi atau berkomunikasi antar pribadi mapun
sosial
B.
Kesimpulan
Ternyata dalam komunikasi antar pribadi
sangat diperlukan dalam kehidupan terutama dalam kehidupan sehari-hari karena
sangat berguna dalam berinteraksi dalm lingkungan sekitar apa lagi dalam
keluarga terutama orang tua.karen mampu membuat seorang terbuka dalam berkomunikasi
Daftar pustaka
Deddy Mulyana,
2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,
Bandung: Remaja
Sugiyo. 2005. “Komunikasi
Antarpribadi”. Semarang: UNNES Press Rosdakarya.
Budyatna,
M. Komunikasi Antar Pribadi.
Jakarta: Universitas Terbuka, 1994.